Sabtu, 07 Agustus 2021

Son Isol Production: Game Studio Pertama dan Fun Theory

Masa kecil saya awalnya tidak banyak diisi dengan video games. Bapak memberikan larangan untuk bermain (dan menghabiskan uang) di rental Playstation atau Game Center (warnet). Hari-hari saya pun diisi dengan berbagai kegiatan kreatif. Contohnya menggambar, menggambar berbagai karakter yang belum pernah ada. Lalu membuat kerajinan tangan, dengan memanfaatkan barang-barang tidak terpakai di toko. Juga bermain dengan teman-teman sebaya, memainkan permainan baru dengan peraturan dan gameplay ciptaan saya. 

Karena belum pernah bermain video games, seperti anak kecil pada umumnya, rasa penasaran pun tumbuh, penasaran bagaimana asyiknya memainkan console. Saya dapat menahan malu dan rela pergi jauh ke rumah teman untuk sekadar bermain video games. Bahkan pernah juga bermain fitur game (yang amat sangat sederhana) di TV salah satu sepupu. Asalkan tidak ke rental PS atau warnet.


Hingga suatu ketika, akhirnya bisa puas bermain video games. Sebuah console Nintendo NES bekas, di rumah nenek yang tidak terpakai, boleh saya bawa pulang. Hanya ada 3 gim yang tersedia yaitu kura-kura ninja (fighting games), cliffhanger, dan mickey mouse (keduanya bergenre adventure). Tiga game yang saya mainkan terus menerus hingga dapat menamatkannya berulang kali, selama berhari-hari. Saat sudah menemukan kenikmatan dan keseruan pada gim tersebut, tiba-tiba sepupu meminta console itu kembali, untuk dibawa pulang ke rumahnya.

Lalu saat menginjak kelas 6 SD, Bapak membelikan sebuah personal computer intel pentium 4 windows profesional. Ketertarikan saya pada dunia komputer pun dimulai. Berbekal ilmu yang didapatkan dari pelajaran komputer di SD dan pengalaman memainkan game PC di rumah teman, saya meng-explore semua fitur yang ada pada PC pertama tersebut. Keseruan dan perasaan asyik yang baru pun muncul. Sensasi yang berbeda dengan perasaan ketika berhasil menggambar karakter sebanyak satu buku, atau saat membuat board game dari barang-barang bekas.

Kegiatan eksplorasi tetap saya lakukan hingga SMP (tentu saja). Pelajaran TIK saat SMP pun menjadikan semakin menikmati dunia komputer. Apalagi dalam sesi belajar membuat website (client-side) menggunakan HTML. Dengan ilmu yang sudah didapatkan dan hasil sharing dengan teman-teman SMP, saya menggunakannya untuk mengutak-atik sistem komputer. Namun, hobi tersebut akhirnya membuat PC saya rusak. Operating system-nya bermasalah. 

Bapak meminta salah satu tetangga kami untuk memperbaiki PC itu. Dengan seksama saya melihat dia bekerja. Jujur waktu itu saya merasa sangat kagum. Ternyata pekerjaan "memperbaiki" PC itu menyenangkan, dapat mengeksplorasi PC orang lain dan mendapatkan bayaran. Tetangga kami juga memasang (install) banyak aplikasi dan video games baru. Karena penasaraan, saya bertanya tentang pekerjaan itu kepadanya. Dia menyebut dirinya sebagai seorang "programmer". Meskipun lupa bagaimana persisnya dialog tersebut, yang menghubungkan perbaikan PC, instalasi aplikasi dan video games dengan programmer, tetapi itulah wow moment dalam hidup saya.

Semua aplikasi dan gim adalah sebuah karya, sebuah hasil ciptaan. Berarti ada manusia yang membuatnya. Dan nama pekerjaan itu adalah programmer. Saya ingin menjadi seorang programmer.

Setelah momen itu, sejak SMP kelas 9 cita-cita saya berubah. Awalnya ingin menjadi seorang arsitek, lalu ingin menjadi seorang programmer, dan game developer. Ya, saya berharap dapat menjadi keduanya. 

Eksplorasi pada dunia komputer beralih menjadi bagaimana cara membuat game. Ingin menjadikan karakter yang sudah digambar dapat "hidup" pada gameplay yang saya buat. Saat membayangkannya saja sudah merasa senang. This is sure to be really fun!

Son Isol Production

Dulu ada salah satu program di statiun TV SpaceToon yang khusus membahas dunia game. Nama programnya adalah GamedotTV (semoga benar itu namanya). Acaranya tayang seminggu sekali. Segmen yang paling saya tunggu adalah rekomendasi game indie. Setiap kali mendapatkan judul game indie baru, keesokan harinya saya mengajak teman-teman SMP untuk pergi ke perpustakaan sekolah, untuk mengunduh game indie tersebut. Saat itu perpustakaan SMP kami sudah memiliki fasilitas PC dengan internet, dan tidak ada aturan bahwa siswa dilarang mengunduh gim permainan.

Momen berselancar internet di perpustakaan SMP itu juga menakdirkan saya menemukan sebuah aplikasi, yang sudah saya cari sejak dulu. Aplikasi yang dapat kita gunakan untuk membuat video games. Namanya adalah Game Maker.


Riset saya dalam membuat gim dimulai dari kelas IX SMP akhir semester 2 setelah menemukan aplikasi Game Maker tersebut. Jangan ditanya bagaimana bahagianya saat itu. Bagaimana "passion" itu memenuhi hari-hari. Saya mengunduh semua tutorial, asset, buku pdf yang disediakan oleh YoyoGames (perusahaan yang menciptakan Game Maker). Bahkan juga mencetak buku-buku pdf tersebut, supaya dapat dibaca di luar PC. Intinya saya ingin menjadi game developer.

Saya memiliki banyak ide yang sudah ditulis di buku. Tak lupa juga menggambar karakter, gameplay, rules-nya pada buku tersebut. Dan akhirnya berhasil menciptakan game pertama menggunakan Game Maker di awal kelas X SMA. Nama game-nya adalah Patrick's Job. Gim yang sangat sederhana dengan misi menjalankan karakter yang mirip Patrick (karakter Spongebob) untuk melawan ubur-ubur menggunakan bola pantul. Beberapa game sederhana pun berhasil saya buat setelahnya. Seperti Toing Ball, Orange Robot, Purple Hunter, dan banyak lainnya.

Desain karakter pada game saya buat sendiri menggunakan aplikasi Microsoft Publisher (untuk menggambar) dan UnFreeze (untuk membuat animasi). Code dan engine didapatkan dari banyak sumber yang membahas Game Maker. Ilmu baru-baru yang saya dapatkan langsung diimplementasikan pada game baru yang dibuat.

Karena sudah membuat beberapa game, saya terpikir untuk membuat brand, seperti Game House, Valve, Blizzard, atau seperti nama-nama game studio lainnya dari beberapa video games yang pernah saya mainkan. 

Setelah menimbang banyak nama, akhirnya pilihan jatuh kepada nama Son Isol Production

Saya memberi splash screen tulisan Son Isol Production pada semua gim yang baru dibuat selama masa SMA. Itu adalah salah satu masa terbaik dalam hidup. Tak hanya membuat gim untuk diri sendiri, tetapi ada juga gim yang saya unggah di situs YoyoGames. Meskipun tidak banyak yang mengunduh game tersebut. Namun perasaan bangga dan bahagia dapat saya rasakan. Oh iya, saya juga pernah membuat game sebagai kenang-kenangan kelas X. Namanya Seven's Characters. 

Perjalanan menjadi game developer alias perjalanan mencari kebahagiaan tersebut sempat vakum saat menginjak kelas XII SMA. Karena harus menyiapkan ujian akhir dan masuk ke perguruan tinggi. Masa-masa vakum itu juga sempat mengubah cita-cita saya. Saya ingin masuk ke jurusan desain produk, ingin menjadi seorang desainer (karena saya berfikir bahwa cita-cita menjadi game developer sudah berhasil tercapai).

Namun, sepertinya saya sudah ditakdirkan untuk kembali ke dunia video games

Saya diterima di jurusan D3 Teknik Informasi di salah satu politeknik negeri. Bagaimana akhirnya dapat belajar pemrograman secara lebih serius. Saya juga pernah mencoba untuk membuat game lagi saat liburan semester 1 kelas 1, mencoba mengimplementasikan ilmu yang didapatkan di perkuliahan. Tapi, tentu saja tidak semudah itu. Berbagai tugas dan kesibukan, akademik dan non-akademik menyebabkan gagal menyelesaikan game tersebut.

Sampai suatu ketika, teman saya (Rima) menawari untuk bergabung dengannya dalam ajang program kreativitas mahasiswa (PKM). Tentu saja jawabannya adalah "Iya!". Saya tahu bahwa produk yang ingin ia buat adalah video game berbasis Android. Mungkin alasan Rima memberikan tawaran karena sebelumnya di semester 1 kelas 2, kami tergabung dalam satu kelompok mata kuliah Rekayasa Perangkat Lunak. Kami membuat game dengan engine Flash/ActionScript. Jadi, dia tahu kalau saya juga punya minat di dalam pengembangan video games.

Itulah cara Tuhan mengembalikan saya ke dunia games

Saya dan tim menyebut diri kami sebagai Dandelion Team. Dengan tim tersebut, karena mendapatkan pendanaan dari acara PKM, kami mengikuti banyak event perlombaan dan pameran video games. Tidak hanya di Surabaya, tetapi juga di luar kota. Hmm, mungkin kisah-kisah tentang Dandelion Team akan saya ceritakan lebih detail di tulisan yang lain.

Intinya, saya kembali merasakan kebahagiaan dan dapat having fun. Game development adalah passion saya. Saya pun memutuskan untuk memilih pembuatan game sebagai judul tugas akhir kuliah D4. Ingin membuat game yang bagus, dengan ilmu dan pengalaman yang sudah didapatkan. Maka terciptalah Game Tapak Suci (pernah ada di Google Playstore). Gim yang sangat saya banggakan saat itu, sebelum dihapus oleh Google hehehehehe. Baca kisahnya disini: Game Buatan Saya (yang Dihapus Google).

Fun Theory

Sebelum menyelesaikan Game Tapak Suci (yang berarti belum lulus kuliah), berbagai event dan seminar tentang game pernah saya ikuti. Saya pun mengetahui banyak nama game studio asal Indonesia. Contohnya Maulidan Games, Mojiken, Toge Productions, dan masih banyak lagi.

Maulidan Games pernah diundang oleh jurusan Game Technology untuk mengisi acara seminar di kampus. Materi yang disampaikan seputar pengembangan game secara cepat dan efisien. Bagaimana membuat framework dan tools yang dapat digunakan untuk menyelesaikan game berkualitas tinggi dalam waktu yang singkat. Namun, bukan itu materi yang saya ingat sampai sekarang. Materi atau slide presentasi yang masih terikat di kepala saat Maulidan Games menjelaskan "mengapa mereka membuat game". Yaitu fun theory.

Fun Theory adalah teori yang pertama kali disebut dalam video Volkswagen di Youtube. Video tersebut menampilkan orang-orang yang lebih memilih naik ekskalator ketimbang lewat tangga. Untuk meningkatkan jumlah orang yang naik tangga, anak-anak tangga pun akhirnya disulap menjadi alat piano raksasa, yang ketika diinjak mengeluarkan bunyi not piano. Orang-orang pun penasaran dengan tangga piano tersebut. Mereka merasakan keseruan dan kebahagiaan yang didapatkan saat berjalan melewatinya. Dengan memanfaatkan unsur "fun", jumlah pengguna tangga pun menjadi meningkat daripada sebelumnya. Video dapat dilihat pada https://youtu.be/SByymar3bds. Video tersebut jugalah yang diputar pada acara seminar Maulidan Games. Materi yang masih saya ingat sampai sekarang.


Keseruan, kebahagiaan, dan keasyikan dapat menyebabkan orang-orang untuk melakukan sesuatu secara sukarela. Mereka, atau mungkin kita, akan lebih memilih melakukan sesuatu karena pekerjaan tersebut menyenangkan. Itulah juga alasan mengapa terdapat banyak game developer. Walaupun prospek bisnis atau penjualan atau uang yang dihasilkan dari membuat game tidak banyak, mereka tetap melakukannya dengan senang. Selain karena dapat menikmati proses pembuatannya, game itu sendiri dapat digunakan sebagai metode untuk memberikan positive impact kepada orang lain melalui cara yang mengasyikkan.

Ian Bogost, salah satu pembicara pada WIRED mendefinisikan kata "fun" pada game sebagai sebuah kesatuan dari play, commitment, dan respect

Dimulai dari kata Play, sifat fun (seru, asyik, senang) akan muncul apabila kita mulai melakukan sesuatu. Benar juga. Sebuah momen bermain gim itu dimulai sejak kita memutuskan untuk memainkannya, dengan memegang console. Ketika anggapan bahwa perasaan senang-lah yang ingin kita cari saat bermain game. Perasaan senang juga sangat pasti akan didapatkan saat membuat game. Saya pernah mengalaminya.

Commitment. Adalah sikap kita untuk tetap bertahan sampai akhir, sampai perasaan fun itu kita dapatkan. Bagi orang yang bermain game, menyelesaikan misi adalah komitmen yang harus dimiliki. Bagi orang yang membuat game, komitmen untuk membuat game sampai selesai adalah kewajiban. Yaa meskipun dalam proses pembuatan game pun sudah sangat menyenangkan. Karena adanya komitmen untuk dapat membuat game tersebut (mulai dari menggambar karakter, membuat kode pemrograman, atau menyelesaikan satu action dalam game). Tanpa adanya komitmen, perasaan fun yang utuh tidak mungkin dapat kita capai.

Unsur terakhir adalah Respect. Rasa hormat kita kepada video game yang kita mainkan dan kita buat. Memunculkan perasaan "fun" karena adanya pengakuan bahwa game tersebut akan-sedang-telah memberikan stimulus kepada otak kita, untuk menikmatinya. 

Gim apapun yang dibuat, baik yang dibuat oleh game studio indie maupun oleh game studio besar dan terkenal, mau sebagus apapun game-nya, jika 3 unsur di atas tidak miliki, maka perasaan fun tidak akan didapatkan. Hal inilah yang juga berlaku bagi para game developer saat membuat game. Dan juga, game yang dibuat harus dapat menjadikan (calon) pemain untuk mendapatkan unsur-unsur fun theory itu.

Namun, apakah fun theory hanya ada pada dunia game?

Aplikasi Fun Theory pada Kehidupan

Saya bersyukur dengan pekerjaan yang saya miliki saat ini. Bukan sebagai game developer di salah satu game studio terkenal. Melainkan menjadi seorang pegawai kantor, yang tentu saja bukanlah hal yang buruk.

Perasaan bahagia, senang, seru, tertantang, asyik, dan semua yang didapatkan saat membuat game sudah barang tentu juga dapat saya dapatkan dengan pekerjaan yang sekarang. Bagaimana dapat memulai untuk melakukannya (play), bagaimana berkomitmen untuk menyelesaikan pekerjaan dengan baik (commitment), dan bagaimana menghormati semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan (respect).

Sehingga, dalam pekerjaan apapun, jika kita dapat mengimplementasikan Fun Theory, insya Allah kita dapat menikmati segalanya. Bukankah waktu tidak akan terbuang sia-sia apabila kita menikmati setiap prosesnya? Dan ada rasa syukur yang muncul. Karena menurut saya, puncak dari kebahagiaan, keseruan, keasyikan, dan semua istilah yang menggambarkan "fun" adalah rasa syukur.

Dengan apa yang kita miliki dan dapatkan saat ini, kontribusi kita kepada sekitar diharapkan dapat menjadi semakin meningkat. This is sure to be really fun!

0 comments:

Posting Komentar