Minggu, 20 November 2022

Filsafat Teknologi

Pendahuluan: Mengapa Filsafat (Teknologi)?

Ya, karena filsafat adalah bagian dari kehidupan kita sehari-hari. Benar, sehari-hari, mungkin tanpa kita sadari, kita telah rutin berfilsafat. Menggunakan kata logika, etika, estetika, epistemologi, metafisika, itu semua adalah bagian dari filsafat. Bahkan kita juga mempelajari matematika, fisika, dan ilmu penalaran lainnya, yang kesemuanya adalah bagian dari filsafat analitik (saya juga baru tahu kalau di dalam Filsafat Islam Teoretis juga ada matematika dan fisika). Belum lagi kita sering mengutip ucapan para filsuf seperti Plato, Socrates, Rene Descartes, Kong Hu Cu, Ibn Sina, dan lainnya, yang mungkin kita tidak tahu bahwa mereka adalah filosof yang mempelajari dan mengajarkan filsafat. Atau ada dari kita yang sudah membaca buku-buku tentang filsafat yang dibungkus kata-kata populer. 

Intinya kerangka berpikir kita telah menggunakan filsafat, walaupun sebagai seorang agamawan, hati nurani dan fitrah kita haruslah memiliki proteksi mana yang dapat memperkuat dan mana yang bisa melemahkan keimanan kita. Itulah sifat dari filsafat, menurut saya, yaitu netral. Dan tak terkecuali dengan teknologi. Ia berstatus value-laden, value-free, value-neutral, tergantung siapa yang menggunakan dan mengolahnya. Lalu, gabungan dari filsafat dan teknologi, tentu saja melahirkan filsafat teknologi. Sebuah cabang dari filsafat yang muncul di era 70-an (meskipun ini termasuk terlambat karena teknologi sudah ada sejak jaman dahulu kala). Dalam beberapa referensi yang saya baca, filsafat teknologi banyak membahas tentang hakikat teknologi, perspektif manusia terhadap teknologi, apa manfaat teknologi, dan (mungkin) tidak boleh kita batasi, bahwa teknologi dapat dikaji sedemikian rupa, tentang bagaimana dampaknya terhadap kemanusiaan.

Sehingga, mulai pada tulisan ini, saya ingin mencoba mengajak para pembaca yang budiman untuk mendiskusikan filsafat teknologi. Tujuannya, tidak lain adalah untuk mendapatkan hikmah dari apa yang kita diskusikan. Hikmah adalah saripati dari ilmu, kejadian, dari apapun, yang dapat menjadikan kita lebih hakim dan arif, lebih bijaksana, lebih dapat menggunakan akal-budi kita. Saya membayangkan apabila dunia post-modern diisi oleh orang-orang bijaksana, maka akan tercipta masyarakat madani, utopis, rahmatan lil 'alamin. Insya Allah.



0 comments:

Posting Komentar